Tujuh Penyair dan Dua Pelukis Sukses Gelar Acara Seni Kolaboratif di Lasem

Daimul Umam, beserta pelaku seniman yang lain mengisi acara jagong sastra. (Doc. ayusastra.com/Ayu Lestari).

REMBANG, ayusastra.com – Tujuh penyair dan dua pelukis asal Rembang sukses adakan gelar sastra kolaboratif. Lokasi acara seni sastra berlokasikan di pasar kreatif Lasem lantai tiga, Jumat (30/6/2023) malam hari. Sebelum adanya kegiatan ini, terdapat workshop yang di narasumberi oleh Arif Abadi’a.

Tujuh sastrawan tersebut diantaranya Ayu Lestari, Daimul Umam, Sholah, Salman Al-Farisi (Ayes), Sukun MH, dan Arif Abadi’a.

Rangkaian acara seni yang diprakarsai oleh Lesbumi Lasem sembari memeriahkan haul mbah sambu yang akan terselenggarakan pada tanggal 3 Juli 2023.

Pertunjukan kolaboratif baru-baru ini mencuat di kalangan masyarakat Lasem. Pasalnya, pada tahun lalu juga ada pertunjukan sastra, namun mengalami fase vakum yang cukup lama. Lebih-lebih minat warga Lasem yang tidak sepenuhnya menggeluti di dunia sastra.

Daimul Umam, penyair sekaligus pendiri taman baca masyarakat gubuk baca cahaya negeri mengaku kolaborasi dua seni memiliki karakter yang khas dan memiliki makna luas.

“Kolaborasi antara seni lukis dan seni sastra, adalah dua karakter karya seni yang memiliki keterkaitan dalam makna sosial, politik, agama ataupun kebudayaan,” kata Umam dalam keterangan ayusastra.com pada saat diwawancarai melalui pesan singkat di WhatsApp, Sabtu (1/7/2023).

Umam menambahkan, dengan adanya acara tersebut, antar komunitas memiliki hasrat untuk mengadakan agenda yang lebih spektakuler.

“Kalau dari lesbumi belum ada. Tapi antar komunitas pasti mendukung acara lesbumi dan ada ketertarikan untuk berkolaborasi kembali,” tulisnya.

Syahid Ibnu Hajar Alvino atau biasa dipanggil bang phino, pelukis dan pemilik galeri fino art ini menjelaskan arti dari lukisan hasil pembacaan puisi dari beberapa penyair.

“Lukisan ini menggambarkan sesuai pesan yang sampai kepada saya dan temen saya, Rosyid Ndoyik selaku pelukis. Dimana terdapat abstrak yang menggambarkan banyaknya manusia berkerumun dengan adanya sepenggal ayat al quran,” terang Fino.

Fino menjelaskan lafadz dan lukisan abstrak yang ia lukis mengisahkan bagaimana Tuhan mengutus Nabi Muhammad SAW memerintahkan seluruh umatnya untuk menulis dengan pena guna menjadi generasi yang cerdas, terampil, dan gemar berliterasi.

“Terlihat sinkron dengan definisi sastra yang notabene erat kaitannya dengan menulis dan menciptakan sebuah karya berbentuk tulisan. Ini menandakan jika sastra merupakan karya tulis yang penuh imajinatif dan memuat banyak makna untuk dapat disampaikan kepada pembaca,” tandasnya.

Lain halnya dengan Rosyid. Pelukis asal Desa Ngulahan Kecamatan Sedan ini menafsirkan lukisannya berhubungan dengan kritik moral sosial.

“Masyarakat di era sekarang lebih mengendap hidup individualisme, cuek dengan kondisi sosial yanh ada. Ilustrasi orang berkerumun untuk diskusi bersama yang sekarang jarang kita temui,” jawab Rosyid.

Lewat lukisan di acara live painting, Rosyid menjelaskan jika ia hanya sekedar berpesan untuk terus membudayakan hidup gotong royong.

(ayl/ict)

Ayu Sastra
Assalamualaikum. Perkenalkan nama saya Ayu Lestari, hidup di tengah-tengah sudut kota kecil yang melegenda tepatnya di Kota Lasem. Saya merupakan penulis pemula yang ingin mendedikasikan diri khususnya dibidang kepenulisan. Akun Media Sosial FB : Aeyu Loestari IG : @ayu_lestari230801 @lestari_sastra WA : 0858 - 6803 - 1099