Pada Jejak Puing-Puing Kulihat puing-puing bangunan itu berserakan diam air hujan mengguyurnyaterik mentari memanggangnya pasrahkutatap mereka tanpa meratap seperti halnya hujan yang menyuburkan ladang dan mentari yang menerangi siang terus kutatap,kutatap tanpa meratapyang pergi bakal tergantiMurni Tiyana, Juni 22Berhenti Pada Kata DiamKe mana arahakan menjatuhkan syak wasangkaKetika percakapan berhenti pada kata diam Memilih mengendap-endap ke jantung Tidakkah kau telah mengerti Penyangkalan sering kali menjadi lebih panjang Dari tali-tali besi komunikasi Bukankah kau telah paham,ya Sudahlah... mungkin saat ini iman kita kerontang Bisa jadi hanya kamu Tentu Terlebih sering imanku yang rompang Selebihnya waktu adalah kesaksian Daei detak detik yang berjalan Murni Tiyana, 18 Juni 2022Sepotong HatiSepasang mata saling bersitatap Ada debar dalam degupSepasang hati pun bertemu Mengucap janji membangun mahligaiNamun,perjalanan kadang tak sejalan Tersisa sedu dalam bahasa rindu Sepotong hati Berdamai dengan sepi Murni Tiyana, Juni 22 Mawar Merah Pada subuh yang khusu Embun berbincang dengan daun Memaksa mentari mekarkan bunga Sekuntum mawar merah di berandaSelipkan makna pada tiap kelopaknya kumbang pun bergairah menyesap putik merekahMurni Tiyana, Juni 22

Tentang Penulis:
Murni Tiyana. Menulis cerpen dan puisi. Karyanya dimuat di media daring dan buku cetak. Seorang perempuan kelahiran tahun 1975 dan menetap di Mojosari, sebuah kota kecil di bumi Majapahit. Penulis juga bisa disapa di FB dan IG @murnitiyana.
Leave a Reply