SEKUMPULAN HAKIKAT CINTA

AKU SAJA

Kau tak perlu mengerti

Aku saja yang perlu mengerti

Kau tak perlu memahami

Cukup aku saja yang perlu memahami

Kau tak perlu bersusah payah

Aku saja yang lelah

Kau tak perlu menderita

Cukup aku saja yang tersiksa

Kau memang diciptakan

Atas nama cinta dan derita

Apakah karena cinta yang berakhir harsa

Atau bahkan hanya menjadi derita nestapa?

Entahlah…

Cukup aku saja yang merasa

Lestari Sastra, 27 Juli 2020

TUMPUKAN LUKA

Sekian lama memupuk rasa

Menjaga dan berharap benih cinta kan tiba

Tapi apa daya…

Semua sirna bagaikan kepingan rasa

Tercabik-cabik hati ini terasa

Luka yang menusuk dalam di relung jiwa

Tanpa permisi tanpa pula kabar berita

Bodohnya diriku…

Sekian lama dibodohi oleh sang pendusta

Yang kini sedang bercumbu dengan si penggoda

Duka dan luka ini

Seakan ingin ku kubur dalam-dalam

Tanpa ingin menggali kembali

Bersama segudang mimpi dan kenangan yang menyertai

Kau terlalu bodoh cinta…

Hanya karena sang penggoda kau akhiri semua

Biduk kasih dan romansa kita berdua

Hancur tak bermakna apaapa

Biarlah ku disini

Bersama luka ini

Sedangkan kau dengan si dia

Sang penggoda pemikat hati dan rasa

Bersenang-senang di lubang karma yang mengelilinginya

Lestari Sastra, 27 Juli 2020

WAKTU

Denting berdenting

Jarum jam kian menunjuk angka

Terus berputar

Semakin cepat

Bukan malah melambat

Tapi…

Engkau masih terdiam

Sedang apa?

Apa kau masih asyik merangkai luka?

Lalu, waktumu kau buang sia-sia?

Tak guna!

Sungguh tak guna!

Buat apa waktumu yang berharga

Terbuang tak bermakna?

Hanya tuk meratapi ia

Yang tak selaras dengan rasa

Lestari Sastra, 27 Juli 2020

MAHA BAIK

Tuhan…

Engkau memang baik

Aku yang selalu datang memelas tuk memohon

Tanpa bosan kau membalas do’aku

Sang maha agung lagi maha perkasa

Maafkan daku yang sering pelupa

Memanggilmu saat direndung nestapa

Tapi meninggalkanmu dikala harsa melanda?

Baik…memang baik

Diri yang berlumur dosa

Selalu kau ampuni

Tanpa persyaratan

Maaf seribu kali maaf tuhan

Selalu menduakanmu di segala urusan

Walau diri ini mengetahui

Semua perkara dunia ini adalah rencanamu

Lestari Sastra, 27 Juli 2020

TITIP RASAKU

Tak bisa teraba

Namun bisa dirasa

Tak bisa disentuh

Namun bisa menyentuh

Apa ini?

Seakan-akan selalu menggelayutiku

Atma terasa melambung tinggi

Tertancap di relung hati

Ingin ku simpan

Ku takut ia hilang

Ingin ku ajak melanglang buana

Tapi ku takut ia lelah tak berdaya

Ku titipkan saja

Agar tak terlalu sendu dalam suasana

Jika memang bukan takdirnya

Ku kembalikan pada pemilik rasa saja

Lestari Sastra, 27 Juli 2020

UNTAIAN PENANTIAN

Ku menanti bongkahan rasa

Yang kupendam sejak lama didalam dada

Akankah masih ada?

Secerca rasa didalam kalbumu?

Hatiku terkoyak dalam

Lenteraku seolah – olah padam

Redup dan hitam

Karena penantian cinta yang tak kunjung datang

Dimanakah dirimu

Sayup – sayup ku menantimu

Cinta yang selama ini ku tunggu

Tak kunjung cepat datang untuk memelukku

Aku merasa kesepian didalam keramaian

Di tengah hiruk pikuk suasana dan keadaan

Seakan kehilangan keseimbangan

Dan limbung terombang – ambing oleh perasaan

Diam ku membisu

Membeku tercekam kalbu

Ragaku terdekap sendu

Menanti harapan dari dirimu

Ketahuilah…

Aku merindukanmu

Ku merenung di keheningan malam

Didalam secawan madu didalam genggaman

Tak henti ku bertanya pada sang rembulan

Akankah kau datang mengirim pesan?

Rasaku terendap lara

Mengendap didalam lubuk jiwa

Semakin tidak dirasa

Dalam lamunan panjang yang tidak terkira

Lestari Sastra, 5 Agustus 2020

MENGAPA

Melodi kian menyayat kalbuku

Seolah-olah tak terima akan semua ini

Bunga-bunga yang sedang kuncup pun

Turut enggan memerkahkan kelopak indahnya

Engkau dimana, kasih?

Mengapa kau tinggalkanku

Bukankah kau telah berjanji padaku

Untuk tetap singgah disini?

Tertatih-tatih ku menggapaimu dalam ringkihnya atmaku

Sayup-sayup ku memelukmu dalam lamunanku

Menghempaskan gundahku didalam lorong sendu nan pilu

Mengapa, kasih?

Ada apa?

Bahkan kau membisu kelu

Tinggalkan secerca harap yang kian berapi-api

Dan rela tuk pergi

Demi egomu

Lestari Sastra, 12 Agustus 2020

KELOPAK SETENGAH RANUM

Wahai sang dayitaku

Daksamu memang tak terlihat dahayu

Tapi lakumu menawankan jagat raya

Kau inspirasi dunia

Walau di ragamu tak tampak lekuk yang sempurna

Wahai sang dayitaku

Kau memang beda

Sangatlah berbeda

Dengan keterbatasanmu kau guncangkan dunia

Kau bagaikan buana baswara

Yang sangat indah di pelupuk mata

Wahai sang dayitaku

Dunia tetap menerimamu

Kalau kau masih tak percaya

Cobalah bertanya kepada burung kasuari yang bernyanyi tiap pagi

Pasti ia akan sepakat akan hal itu

Wahai sang dayitaku

Bila kau rasakan letih nan sayu

Dekaplah daku

Walaupun dekapanku tak sehangat dekapan ibu pertiwi

Paling tidak aku bisa menghangatkanmu dalam dekapku

Wahai sang dayitaku

Tetaplah berdiri di singgasanamu

Walaupun kau berbeda

Kau bisa goyahkan anca yang menghalangi langkahmu

Kobarkan semangat yang berapi-api kepada senasib sepenanggungan

Dan katakana padanya

Bahwa kita layak untuk mencapai puncak kemenangan

Lestari Sastra, 8 Desember 2020

CINTAKU TERHALANG OLEH WETON

Aku memang mencintaimu

Walau weton menghalangiku

Aku memang mencintaimu

Walau tuhan tak merestui itu

Biarkan…biarkan

Cinta ini terhalang

Tetapi cintaku masih tetap tersimpan

Utuh dalam lamunan

Lestari Sastra, 9 Desember 2020

Ayu Sastra
Assalamualaikum. Perkenalkan nama saya Ayu Lestari, hidup di tengah-tengah sudut kota kecil yang melegenda tepatnya di Kota Lasem. Saya merupakan penulis pemula yang ingin mendedikasikan diri khususnya dibidang kepenulisan. Akun Media Sosial FB : Aeyu Loestari IG : @ayu_lestari230801 @lestari_sastra WA : 0858 - 6803 - 1099