“Jika kau dilahirkan bukan dari keturunan raja. Maka, menulislah.” Kutipan yang dahsyat ini mengingatkan kita sebagai generasi yang berbaur dengan penyedap rasa ini untuk giat dalam membumikan dunia literasi pada khususnya. Karena memang sudah jadi barang tentu, menulis adalah suatu kegiatan yang dicurahkan oleh sang penulis dalam menuangkan beberapa ide atau gagasan, mengkritik beberapa isu-isu yang berkeliaran bahkan dalam hal mengutarakan segala rasa, itu bisa kita tuangkan dengan cara menulis.
Pada hari minggu, ketika saya mengunjungi sebuah taman baca masyarakat (TBM ) yang ada di Desa Plawangan Kragan yang dinamai dengan nama ”Lentera Kisik.”
Arti dari lentera kisik itu sendiri berasal dari kata “lentera” yang berarti sebuah cahaya, dan ”kisik” yang mengandung arti pantai menurut bahasa lokal yang ada di sekitar.
Taman baca tersebut sangatlah unik dan otentik, karena bangunannya yang didirikan tepat di pinggir pantai di sekitar desa tersebut yang membuat pembaca bisa leluasa menikmati sambil membaca buku yang mereka pilih.
Walaupun demikian, terdengar miris jika karena setelah saya telusuri bagaimana berdirinya taman baca ini, bagaimana pandangan masyarakat terhadap pembangunan taman baca ini. Mengapa, karena awal berdirinya taman baca tersebut menggunakan dana pribadi dari anak-anak karang taruna yang ada di desa tersebut.
Dengan adanya hal ini, kurasa untuk pemerintah desa juga sepatutnya ikut andil dalam membantu dalam segi dana maupun tenaga. Mengapa demikian, karena dengan adanya taman baca ini justru dapat meningkatkan daya tarik didesanya.
Dengan menghibahkan beberapa buku yang saya punya. Saya berharap, adanya peningkatan pengembangan minat baca anak-anak yang ada di Desa Plawangan Kragan serta bisa menjadi pelopor bmotivasi bagi desa-desa yang lain.
Penulis : Ayu Lestari ( Mahasiswi STAI AL HIDAYAT LASEM )
