Menjadi Sastrawan Internasional Kebanggaan Indonesia

GAMBAR: M. Iskandar berswafoto di bawah pohon jambu ( photo/dok. Ayu Lestari ).

Rembang, Ayusastra.com – Muhammad Iskandar. Penyair sekaligus penulis asal Sidomulyo Dempet Kabupaten Demak ini mengawali di dunia kepenulisan pada tahun 2006. Awal mulanya. Beliau bertemu dengan salah satu temannya, Sosiawan Leak di Alun-alun Bojonegoro disaat beliau hadir di acara sastra.

Membahas terkait puisi dan hal-hal yang berbau sastra, dan sebagainya. Beliaulah yang selalu mendukung Muhammad lskandar untuk terus maju untuk menulis, akan tetapi beliau belum pernah mempublikasikan karyanya sampai tahun 2014.

“Dari tahun itu, saya di beri kesempatan kepada mbak Esti lsmawati dari Klaten untuk mengirim beberapa puisi di antologi sang paneroka. Antologi itu merupakan kegiatan dalam menyambut ultah ke 60 pak Kurniawan Junaedhie.” Jawab Iskandar.

Dari kegigihan beliau, ia menjadi salah satu penulis pemula yang karyanya lolos di tahap kurasi. Padahal, beliau masih berstatus penulis pemula. Waktu itu, beliau bersaing dengan penulis senior dan punya jam terbang yang sudah sangat tinggi. Dari berbagai proses yang dilalui. Dengan segala konsisten dan komitmen di dunia sastra, keberhasilan beliau di bidang seni sastra tertoreh sangat gemilang.

Menurut beliau, puisi merupakan sebuah karya yang kompleks. Jadi, penekanan dari segi diksi, rasa, dan tema harus diberlakukan semuanya. Rangkaian diksi yang bagus, kemudian rasa yang disajikan terungkap dan muncul, lalu akan memunculkan ide atau tema yang akan diangkat.

Ciri khas yang ada pada puisi Muhammad Iskandar ini diambil dari ide-ide yang terkadang tidak terpikirkan dari penulis-penulis lain.

“Saya pernah menulis tentang pohon jambu. Apa yang terpikirkan di pohon jambu, orang kan akan berfikiran tentang buah, tentang rimbun dan sebagainya. Tapi saya memikirkan banyak hal juga. Ada tentang banyaknya kehidupan disana, ada kupu-kupu, ada capung ada semut, ada ulat dan sebagainya. Jadi, ide itu sangat penting untuk penulisan puisi.” Tandasnya.

Kecenderungan mencari ide-ide segar yang lain daripada yang lain dengan hal yang seperti itu, pembaca dapat membedakan antara penulis satu dengan penulis yang lain.Beliau dalam menulis puisi didalam kesehariannya tidak menentu, beliau menuturkan terkadang sehari sekitar satu sampai dua puisi.

Tips beliau saat menulis puisi, yakni selalu menyimpan sebagian dari karyanya disimpan sebagai cadangan untuk diajukan di berbagai lomba-lomba. Sebagiannya, beliau kirim di media online dan cetak.

“Sebenarnya ada beberapa yang saya simpan dan ada yang dikirim di media daring dan media cetak. Kemudian, juga saya mempersiapkan beberapa puisi untuk event-event misalnya untuk hari mendatang ada event puisi pesisir. Jadi sudah terjadwal. Difikiran nanti saya akan mengikuti ini.”Lanjut Iskandar.

Sebagai penulis, pembentukan karakter sangat penting. Tapi, beliau tidak luput juga terinspirasi dari penulis lain selama berkarir di dunia sastra. Terkhususnya beliau sangat terinspirasi dengan Sosiawan Leak, dan Nizar Tawfiq Qabbani.

Walaupun telah menjadi penulis puisi yang handal, menurut beliau membaca karya dari penyair lain itu sangat diperlukan. Karena bisa jadi, karya tersebut dapat menjadi sumber referensi dalam pembentukan karakter dalam puisi. Walaupun berbeda dalam gaya kepenulisannya.

Prestasi yang telah didapatkan beliau sangatlah membanggakan, pasalnya karya beliau sering lolos di event-event nasional serta di taraf internasional. Seperti halnya pernah lolos di acara Pertemuan Penyair Nusantara (PPN).

Acara tersebut merupakan ajang kelombaan sastra internasional.Kalau untuk event, Alhamdulillah sering lolos di event nasional dan internasional termasuk Bintan kemudian Padang panjang, Jakarta.

“Saya juga pernah lolos di PPN ( pertemuan penyair Nusantara ) yang dihadiri oleh para penyair oleh beberapa negara di Kudus, waktu itu tuan rumahnya dari Indonesia. Jadi PPN ini berputar dibeberapa negara. Setiap dua tahun sekali. Nah, karena kemarin harusnya jadwalnya di Malaysia pada tahun 2021, disebabkan adanya virus covid 19. Jadi belum jelas untuk tahun berikutnya, mau diadakan lagi atau belum ada kabarnya.” Ungkapnya.

Adanya sastra masuk di sekolah-sekolah dengan mendirikan pojok baca dimulai dari jenjang pendidikan SD, SMP, SMA sederajat. Lalu, memasyarakatkan eksistensi karya dari semua seniman sastra di berbagai lini. Tugas dalam memasyarakatkan sastra ini akan menjadi tanggung jawab bersama.

Jadi, tutur beliau tugas ini bukan hanya dipikul seniman saja, akan tetapi seluruh komponen masyarakat juga turut berperan. Terutama stand holder juga harus bisa mendukung dalam kejayaan sastra di Indonesia.

Ayu Sastra
Assalamualaikum. Perkenalkan nama saya Ayu Lestari, hidup di tengah-tengah sudut kota kecil yang melegenda tepatnya di Kota Lasem. Saya merupakan penulis pemula yang ingin mendedikasikan diri khususnya dibidang kepenulisan. Akun Media Sosial FB : Aeyu Loestari IG : @ayu_lestari230801 @lestari_sastra WA : 0858 - 6803 - 1099