Sangkan Paran

Jalanan pinggir pantai dan disisi lainnya adalah tebing, meluncur sebuah mobil dengan kecepatan sedang. 1 keluarga berencana akan liburan di suatu hotel diatas tebing yang menghadap ke laut selatan. Bapak,Ibu,kakak dan adik didalam mobil tersebut.

“Pak kita mau nginep dimana?” tanya kakak.

“O ya ada kolam renangnya ga,”sambung adik.

“Kita mau nginep di hotel atas situ,bentar lagi nyampe jawab Bapak.

Langit diatas laut mulai gelap seperti akan ada badai sementara gerimis mulai turun.” Jawabnya.

“Nginep berapa hari pak,” tanya kakak.

“Tanggal 24 kita cabut terus nginap ke rumah mbah sama eyang.”

“Hore……” Teriak adik

Tepat pukul 11:45

Tiba-tiba gempa besar, tebing didepan tiba tiba longsor, reflek bapak mengerem mobilnya. Untung tidak ada yang tertimbun longsor dan dibelakang juga tidak ada kendaraan. Suara gemuruh dari belakang,tebing dibelakang mobil juga longsor.

Mobil terjebak diantara longsoran tebing. Ibu kakak dan adik mulai panik.

“Pak gimana ini,kita ga bisa ngapa-ngapain.” kata ibu.

“Tenang bu,kita hanya bisa berdoa karena tidak bisa kemana mana.” (Bapak menyahut sambil melihat ke arah laut).

Dia lihat ombak makin meninggi ke arah bibir pantai. Tsunami datang pikir bapak. Adik mulai menangis ketakutan.

“Sudah begini saja, daripada kita panik lebih baik kita pasrah, kalau ini saatnya kita pulang ya sudah.” kata bapak.

“Kita pulang kemana pak?” tanya kakak dan adik bersamaan.

“Kita pulang kerumah Tuhan, rumah kita yang sebenarnya.” Sahut bapak.

Jam 11:50

“Yuk kita doa saja, apapun yang terjadi kita pasrah, kalau kita hari ini pulang ya sudah kita pasrahkan semuanya, tapi jika kita belum diijinkan pulang, kita semua berjanji akan berbuat baik untuk semua.” tuah bapak.

Kemudian bapak mulai memimpin doa. Bapak memeluk adik dan ibu memeluk kakak. Selesai doa air laut makin mendekat.

12:00

Seketika gelap didalam mobil. Di lokasi lain, disuatu padang ilalang yang tingginya kira kira sedengkul orang dewasa. Suasananya sejuk,kupu kupu beraneka warna bertebangan,pohon pohon kecil dengan bunga berwarna-warni menambah keasrian dan kenyamanan tempat itu.

Langit berwarna biru cerah tanpa awan sama sekali. Di kejauhan, tampak 4 orang. 2 dewasa dan 2 anak anak sedang berdiri.

“Pak, kita ada dimana ini?” tanya ibu.

“Iya pak, kita dimana?” sahut kakak.

“Mana bapak tahu ini dimana, kita tiba tiba saja ada disini.” sahut bapak.

“Pak, tempat ini sejuk dan nyaman, padang ilalang tanpa ada pohon, bukit pun tak ada. Kenapa perasaan ibu nyaman ya pak ?” kata ibu.

(Sementara adik sudah asik bermain mengejar kupu kupu).

“Sama bu, bapak juga ngerasain hal yang sama.” Tegas bapak.

Tiba tiba kakak berteriak!!!

“Liat pak disana ada rumah, eh bukan rumah tapi semacam kastil sepertinya atau istana…”

Bapak melihat arah yang ditunjuk kakak, dan benar. Nampak dikejauhan sebuah bangunan, kira kir jauhnya 3-4 km.

“Kita kesana saja, mungkin ada yang bisa ditanya.” kata bapak.

Kemudian bapak memanggil adik.

“Adik kesini kita kerumah itu yuk.” (teriak bapak sambil menunjuk bangunan itu).

“Aduh jauh sekali pak, adik capek jalan kalau kesana.” kata adik.

“Ya sudah, bapak didepan gendong adik, kakak dibelakang bapak, ibu dibelakang, ya.” kata bapak.

Jalan arah ke sana hanya ada jalan setapak yang sangat rapi, dan mereka mulai berjalan. Dalam perjalanan mereka sama sekali tidak merasa capek,dan anehnya kira kira hanya 3 menit sampai.

Sampailah mereka disana…

“Pak, itu ada kakek tua disana sepertinya sedang menggambar sesuatu ditanah. Kita bisa tanya kakek itu pak.”kata ibu.

“Yuk kita samperin dia.” kata bapak.

Belum sempat bapak menyapa tiba tiba kakek itu menyapa.

“Kemana saja kamu baru sampai, sudah ditungguin dari tadi.” kata kakek itu.

Bapak heran, kenapa ada yang nungguin.

“Maaf kek, siapa yang nungguin saya ya, saya baru pertama kali kesini.” jawab bapak.

“Ah kamu lupa, sudah masuk sana udah ditungguin dari tadi.” sahut kakek.

Saat bapak dan kakek itu ngobrol, ibu melirik gambar kakek ditanah. Kakek menggambar 4 sosok manusia, 3 disilang dan 1 tidak disilang.

“Pintu gerbang bangunan itu sangat tinggi dan terbuat dari sesuatu mirip pintu besi. Gimana bukanya, ya? kayaknya berat banget.” pikir bapak.

Anehnya, baru dipegang pintu sudah terbuka lebar lebar, dan kakek bilang, “Sudah buruan jangan tengak tengok.”

Saat ibu, kakak dan adik hendak ikut masuk. Tiba-tiba kakek berkata “Eits, nanti dulu. Ada 3 belum waktunya masuk. Kalian balik saja.”

Bapak tiba tiba berhenti.

“Pokoknya ga boleh, kalian bertiga balik sana. Tempatnya belum disediakan.” lanjut kakek.

Lanjut chapter ll

Penulis: Kristo

Editor: Ayu Lestari

Ayu Sastra
Assalamualaikum. Perkenalkan nama saya Ayu Lestari, hidup di tengah-tengah sudut kota kecil yang melegenda tepatnya di Kota Lasem. Saya merupakan penulis pemula yang ingin mendedikasikan diri khususnya dibidang kepenulisan. Akun Media Sosial FB : Aeyu Loestari IG : @ayu_lestari230801 @lestari_sastra WA : 0858 - 6803 - 1099