Prototipe Menjadi Rencana Awal Perubahan Sistem Pendidikan di Indonesia

ayusastra.com – Rembang. Menteri pendidikan, Nadiem Makarim mengintervensikan sebuah kurikulum baru untuk sistem pendidikan di Indonesia, faktanya banyak dari kurikulum terdahulu yang masih perlu banyak untuk di revisi bahkan di evaluasi. Terobosan kurikulum baru yang bernama kurikulum prototipe ini berfokus pada strategi pembelajaran yang start-up, dalih-dalih dengan adanya konsep pembelajaran yang berciri khas iterasi yang mana, tahapan tersebut dimulai dari pembuatan, percobaan, diperbaiki, serta diterapkan secara kompleks.

Menurut saya, Prototipe ini merupakan pembaharu kurikulum pada tahun 2024 yang kemungkinan besar akan segera di terapkan di seluruh lembaga pendidikan. Pertanyaan saya? Apakah dengan cara ini, peserta didik dapat menangkap pemahaman dari adanya strategi pembelajaran pada kurikulum tersebut? Apakah terdapat perbedaan dalam hal menyampaikan dari berbagai tingkatan kelas.Jika ditarik dari kurikulum sebenarnya, kurikulum ini hanya seperti pembedahan dari kurikulum terdahulu ( KTSP dan Kurikulum tiga belas ).

Memang, dalam hal strategi pembelajaran dan kualitas peserta didik terjamin dengan perombakan kurikulum, akan tetapi bagi para elemen terkait seperti pengajar, orang tua, dinas pendidikan juga sudah semestinya menyiapkan diri terkait pengaplikasian kurikulum prototipe ini.Dibuktikan bahwa dengan adanya kurikulum ini, ada dua fokus perbaikan dari sistem pembelajaran, yakni antara pemahaman dari segi esensial dan pemberdayaan konteks.

Pada kurikulum ini, dia menyebutkan ada dua fokus perbaikan pembelajaran yang penting. Keduanya adalah penguasaan kompetensi esensial dan pembelajaran yang memberdayakan konteks.Menyinggung soal penguasaan kompetensi esensial dan pemberdayaan pembelajaran yang konteks ini sangatlah krusial.

Bagaimana tidak, dari tiap jenjang para peserta didik kita sebagai pengajar mengetahui betul kapasitas dan hambatan dalam tantangan belajar sesuai waktu yang diberlakukan. Tidak hanya itu saja, fasilitas kegiatan belajar mengajar pun menjadi hal yang sangat penting untuk keberlangsungan pembelajaran.

Dari sini muncul sebuah pertanyaan yang mempertanyakan bahwa sistem pendidikan yang ada di Indonesia lebih bisa fokus terkait kualitas dan kuantitas peserta didiknya, tunjangan dari sektor perekonomian para pengajar dengan menghindakan konsep marginalisasi yang ada, serta dapat mengidentifikasi potensi minat bakat siswa-siswi yang masih perlu diasah untuk bisa dijadikan soft skill untuk dirinya di kemudian hari.

Ayu Sastra
Assalamualaikum. Perkenalkan nama saya Ayu Lestari, hidup di tengah-tengah sudut kota kecil yang melegenda tepatnya di Kota Lasem. Saya merupakan penulis pemula yang ingin mendedikasikan diri khususnya dibidang kepenulisan. Akun Media Sosial FB : Aeyu Loestari IG : @ayu_lestari230801 @lestari_sastra WA : 0858 - 6803 - 1099