
Di Keheningan malam, Deby terlihat lagi duduk sendiri di bangku taman sambil mencari angin malam. Ia memetik daun dan memainkannya. Sambil meratapi heningnya malam saat itu.
Dari arah kejauhan, tampak Mely yang keluar dari tempat les nya. Ia berjalan sambil mendengarkan musik melalui headset yang menempel di kedua telinganya.
Ia berjalan juga mengarah ke bangku taman itu. Lalu, Mely juga duduk di bangku itu. Ia menunggu jemputan dari Gibran, Kakaknya.
“Kak, jemput aku di tempat les!”
Ketiknya di keyboard wa nya lalu ia send ke Gibran.
“Oke otw”
Masih dalam keheningan, akhirnya Mely menyapa Deby juga. Ia melepaskan Headsetnya lalu mulai berbicara dengan Deby. Awalnya ia tidak sadar kalau Deby itu bukan manusia. Melainkan sudah tiada.
“Hai! Kamu daritadi disini?” ucap Mely
“Iyaa, kamu lagi ngapain disini?” tanya Deby
“Oh aku lagi nunggu jemputan, habis pulang Les, kamu?” tanya Mely
“Aku?.. aku…” (bingung)
“Aku cari angin malam” jawab Deby
“lagi badmood ya pasti? Makanya cari angin malam” tebak Mely menerka
Deby hanya berdiam dan bergumam.. emm..
“gak pulang? Udah jam 9 loh, ntar dicariin mama kamu” ucap Mely mengingatkan
Deby terus terdiam. Sepertinya bingung mau menjawab apa.
“Eh, kamu udah liat Antares ga? Itu loh drama seriesnya Indonesia. Yang meranin tuh Angga Yunanda sama Beby Tsabina. Sumpah ya, ceritanya tuh bentar banget. Berasa pengen ada lanjutan S2 nyaa. Gaterima banget kalau Aiden itu udah meninggal. Aaah padahal kan dia manis banget. Kayak ga adil gitu kalau dia orang baik terus dibunuh sama Papanya Sera. Cuman karena salah paham lagi.”
“Kasian juga ya” tanggapan dari DDeb
Tak lama kemudian. Gibran datang dengan motornya. Ia turun dan menghampiri Mely
“Mel. Tadi nunggu lama ga? Soalnya tadi aku habis dari rumah temen.” Ucap Gibran dengan pandangan mengarah hanya ke Mely.
“Engga kok, aku juga ga ngerasa nungguin lama soalnya tadi kita cerita tentang Antares.” Jawab Mely
“Kita? Sama siapa maksudnya?” tanya Gibran
“Sama diaa” ucap Mely menunjuk ke arah Deby.
Gibran meringis.
“Mel, ini udah malem ya, jangan bilang yang enggak-enggak. Dahlah, buruan pulang” ucap Gibran ga percaya.
“Beneran kak! Aku ngobrol sama Deby. Masak kakak ga liat sih?” tanya Mely
“udah-udah bahas dirumah aja”
Mely pun menaiki motornya Gibran, lalu melambaikan tangannya kepada Deby.
Mereka pulang. Sedangkan Deby juga terasa sangat aneh kepada Mely dan juga Gibran.
❄️❄️❄️
Esok harinya.
Di waktu Sore hari, mereka berdua berdebat kembali didepan rumah. Gibran lagi asyik dengan game ditangannya.
“Kak!” panggil Mely
“Kak Gibran! Masak kakak ga percaya sih kalau kemarin tuh aku beneran ngobrol sama Deby” ucap Mely
Gibran kesal sendiri dengan Mely. Ia meletakkan ponselnya.
“Heh! Deby itu siapa? Kemarin jelas-jelas aku liat pakai mata kepalaku sendiri. Kamu sendirian. Gaada siapa-siapa.” Jawab Gibran
“kak, masak aku bisa liat dia tapi kamu gabisa sih?” Mely bingung
“atau jangan-jangan, Deby yang kamu maksud itu Hantu? Dia gaib, dan yang bisa liat cuman kamu.” Ucap Gibran
“Masak sih? Jadi kemarin aku bahas tentang Aiden ke orang yang sama-sama juga udah meninggal. Wah! Ga nyangka” ucap Mely
Esok harinya. Hari Minggu.
Minggu Pagi, Mely keluar dan jogging di daerah rumahnya.
Ia tiba-tiba teringat akan Deby. Lalu ia memutuskan menghampiri taman yang sama dekat tempat les nya.
Sesampainya disana tidak ada orang. Sepi, sunyi dan hening.
Mely duduk di bangku yang sama dengan kemarin lusa.
Ia duduk dan menunggu Deby. 5 menit setelahnya, Deby tidak muncul.
Mely mendengarkan musik kembali dengan Headsetnya.
“Hai!” sapa Deby tiba-tiba udah duduk aja disampingnya.
Mely terkejut. Ia langsung melepaskan Headsetnya.
Dia memberanikan mentalnya untuk berbicara terus terang dengan Deby.
“Sorry-sorry, jadi kaget ya”
“Gapapa kok” jawab Mely
“Lusa kemarin, kamu sama Kakak kamu aneh ya” ucap Deby
“Duh, gimana jelasin ya. Jadi gini…
Kamu itu bukan manusia, kamu tak terlihat. Dan aku bisa liat kamu mungkin memang karna aku ditakdirkan sebagai indigo.” Jelas Mely menceritakan sebenarnya.
“Indigo? Jadi, aku hantu? Gaib gitu?” tanya Deby
“Iyaa, makanya lusa kemarin, kak Gibran gabisa liat kamu. Dan cuman aku yang bisa liat maupun ngobrol sama kamu” ucap Mely
“terus, aku meninggal karna apa? Kenapa aku ga ingat sama sekali? Aku gatau aku siapa? Dan kenapa bisa jadi gini?” tanya Deby
“Sabar yaa, masalahnya aku juga gatau lebih jelasnya kenapa” ucap Mely
“Bantuin aku, cuman kamu yang bisa liat aku. Bantuin aku buat nemuin jati diri ku sebenarnya” pinta Deby
“emm, okeyy.”
“Yaudah ya aku pulang dulu, udah cape banget habis jogging” ucap Mely
Mely berbalik dan berjalan.
“Eh Mel tunggu,”
Mely berbalik lagi karna merasa dipanggil lagi.
Tapi tiba-tiba Deby melihat hal yang seketika terngiang di kepalanya.
Anna, Okta, Jimmy, Iky. Mereka ber4 berjalan bersama sambil bercanda ria.
Deby tiba-tiba merasa kepalanya sangat sakit dan sedikit demi sedikit teringat akan masa lalunya.
❄️❄️❄️
FLASHBACK 2 Bln lalu..
Bulan Juli, awal masuk sekolah. SMA Cakrawala.
Deby. Anak pendiem, dengan tampilan cupu yang membuat ia diejek oleh gengnya Anna.
Anna, Okta, Jimmy, Iky. Berangkat sekolah bersama dengan canda ria memasuki gerbang sekolah.
Tanpa sengaja, Deby yang sedang membawa tumpukan buku menabrak Anna. Buku berserakan kemana-mana.
“heh! Kalau punya mata di lihat-lihat dong! Udah tau jalanan lebar masih aja ga liat-liat. Emang ni jalan punya nenek moyang Lo apa? Asal aja kalau jalan!” bentak Anna
“Santai Na, liat tuh . Matanya mau nangis!” ucap Iky
“Cengeng bangett sih jadi orang” ucap Jimmy.
“Awass, ntar tuh kacamata pecah kalau ku injak” ucap Anna
“Dah yuk cabut!” ucap Okta melangkah duluan. Disusul Iky dan Jimmy
Anna jongkok mengusap kepalanya Deby dengan tingkah sok manis seraya berkata
“Hati-hati kalau jalan, okeh” ucap Anna
Ia menendang salah satu buku yang terjatuh lalu berjalan menghampiri gerombolannya.
“eh tunggu!”
Lalu Deby kembali membereskan buku-buku bawaannya dan kembali berjalan memasuki lorong.
❄️❄️❄️
Di Kantin.
“eh Na! Kok keliatanya wajah si cupu itu mirip kamu ya?” ucap Okta
“iya tau, kukira cuman aku doang yang mikirnya gitu” Ucap Iky
“masak sih? Halah, paling dia kali yang fotocopy wajahku.” Elak Anna
“jelas lebih cantikan kamu sih Na, kebanding dia” Ucap Jimmy
“Jelas lahh” ucap Anna sambil merapikan hijabnya.
“Eh gais! Liat ponsel kalian deh!” ucap Iky
Mereka melihat postingan dari nakmading cakrawala. Foto Anna dijejerin sama foto Deby.
“Loh! Bukannya dia si cupu itu ya?” tanya Jimmy
“Anna, kamu terima? Foto kamu dijejerin sama foto Deby? Bilang kalo Deby kembaranmu pula” ucap Okta
“siapa sih yang nyebarin ini?” Kesal Ana
“Siapa lagi kalau bukan Deby. Dia pengen tenar aja kali!” Ucap Iky
“harus diberi pelajaran ni anak!” kesal Anna sudah emosi.
Anna berdiri dan langsung mencari keberadaan Deby. Ia menghampiri kelas Deby.
“Eh Kayla! Kamu tau dimana Deby ga?” tanya Anna
“gatau! Kenapa emang nyariin Deby?” tanya Kayla
“Makanya liat Ig nya nak Mading cakrawala. Ketinggalan berita kamu!” ejek Jimmy.
Anna kembali mencari Deby.
Lalu, Akhirnya bertemu juga dengan Deby.
“Eh! Maksud kamu apa sih? Nyebarin foto kayak gitu di Ig Mading cakrawala? Kamu nantang aku?!” bentak Anna
“hah?! Maksudnya?” Tanya Deby
“jangan sok polos deh! Nih liat! Ini semua kamu yang buat kan!” Anna memperlihatkan foto tadi.
“bukan! Beneran bukan aku! Lagian kurang kerjaan banget aku ngirim begituan!” ucap Deby
“masih ngelak aja!” Anna lalu mendorong Deby
Dari Kejauhan tampak ada seseorang yang tersenyum melihat mereka berdua bertengkar. (Nela)
“Emang muka kita mirip! Aku akui! Tapi aku ga terima kalau yang mirip-miripin wajah aku itu kamu! Udah cupu, belagu, sok polos, Hancur tau ga totalitas aku!” Bentak Anna
“Fotocopy paling!” ucap Okta
“Dasar gatau moral! Kamu pikir setelah kamu ngikut-ngikut wajah aku, kamu jadi ikut tenarnya gitu?! Engga ya! Dan Awas aja kalau kamu berani maju selangkah dari ini! Mati kamu ditangan aku! Inget aja baik-baik!” ucap Anna
Lalu mereka pergi.
Kayla berlari menghampiri Deby.
“Deby! Kamu gapapa?!” tanya Kayla cemas
“engga, aku gapapa,”
Kayla membantu Deby berdiri.
“Sabar ya, mereka emang gitu, engga punya otak!”
Deby hanya tersenyum.
Sedangkan Nela menghadang Anna
Ia berbisik
“Kamu tau, kalau Deby itu sebenarnya anak Adopsian.” Lalu Nela pergi melalui Anna.
❄️❄️❄️
Esok harinya. Di sore hari.
Dirumah Anna, mereka ngobroOkt
“Anna, susah banget sih ini! Eh Iky! Jimmy! Kalian fokus dong! Malah main game sendiri!” kesal Okta
“susah? Kenapa ga nyuruh Deby ngerjain tugas kita aja?” tanya Iky
“eh, bener juga sih saran kamu” ucap Anna
Anna berdiri lalu menelpon Deby.
“Hey! Deby”
“Kenapa?”
“kamu lagi ada dirumah ga?”
“iyaa emang kenapa?”
“Aku ada sesuatu buat kamu,”
“Bukannya kemarin kamu marah-marah, kenapa tiba-tiba jadi baik?”
Anna menahan sedikit tawanya
“engga, kemarin tuh aku terlalu emosi aja. Kamu sekarang kesini deh, kerumahku! Aku sharelock ya”
Anna langsung menutup telfonnya.
Tak lama kemudian. Deby datang.
“Eh! Udah datang! Eh gais! Deby udah datang nih.” Ucap Okta
Anna menghampiri Deby. Lalu berbisik sesuatu kepada Deby.
“Deby, aku tahu rahasia terbesar kamu! Kamu anak adopsian kan? Kamu tau ga, misal kalau aku sebarin berita kamu ini ke satu sekolah. Bayangin apa yang terjadi? Mereka pasti bakal jauhin kamu. Apalagi Kayla tuh. Kamu kan teman terdekatnya, masak kamu bohongin Kayla sih. Enggatau deh perasaannya bakalan kayak apa misal tau rahasia kamu” bisik Anna
“mau kamu apa sih Na?! Kamu ngancam aku?” tanya Deby
“Mau aku?! Haha.. Cepet banget kamu mikirnya. Gampang kok. Kamu kan pinter nih, gimana kalau kamu bantuin kita kerjain tugas matematika. Dengan begitu, aku tutup rahasia kamu” ucap Anna.
“oke, aku kerjain!”
Deby pun mengerjakan tugas matematika ke 4 anak itu. Bahkan sampai mereka ketiduran, Deby masih mengerjakan.
Hingga malam gelap pun tiba.
Deby langsung keluar dari rumahnya Anna dan pulang. Ia lupa jam pulang.
Sesampainya ia dirumah.
Buka pintu.
Risma Nandini. Alias mamanya Deby udah menunggu semalaman di ruang tamu.
Deby terkejut.
“Habis dari mana kamu?! Kamu tau ga? Gara-gara kamu gaada dirumah, mama gajadi pergi kan sama temen. Kamu tuh dirumah aja terus!! Bersih-bersih, jaga rumah! Dasar! Anak gatau diuntung! Jam segini baru pulang. Udah pergi ga ngabarin-ngabarin lagi! Nyesel mama Ngadospi kamu tau! Atau mama balikin aja kamu ke panti asuhan?!” bentak Risma
“maaf mah, tadi tuh Deby habis kerja kelompok dirumah temen. Ga sempet ngabarin mama, soalnya hp Deby lobet” tangis Deby
“Masuk ga kamu! Besok! Gausah berangkat sekolah! Itu hukuman buat kamu! Awas aja sampai kamu keluar rumah!” tegas Risma lalu masuk kedalam.
“padahal besok kan ada acara pensi” ucap Deby terisak.
❄️❄️❄️
Keesokan harinya hari dimana semua rahasia tersebar.
Malam itu, Pensi tahunan Ke 10 SMA Cakrawala.
Di Aula sekolah.
“Hai Anna! Kamu lupa aku? Aku Nela, teman kecil kamu. Aku, Kamu, dan Deby. Kita tetanggan. Masak kamu ga inget sih? Siapa yang bikin papa kamu celaka? Kecelakaan lalu lintas. Ingat ga? Ingat ga? Kalau Deby yang minta papa kamu ngambilin balon yang lepas dan buat papa kamu tertabrak mobil.. masak kamu ga inget sih” ucap Nela dengan senyum mirisnya.
Deg!
Anna teringat akan masa lalunya.
~
Drrt>> drrt..
“Halo Kay? Kenapa?”
“kamu dimana sih? Sekolahan heboh tau ga?”
“Ha? Maksudnya?”
“ada orang yang nyebarin kalo Lo itu adopsian. Yang paling parah lagi! Kamu itu ternyata suadara kembarnya Anna. Kesini deh! Buruan!”
Tuthh..
“makasih” ucap Anna kepada Kayla
“masak berita itu bener?” tanya Kayla
“nyatanya begitu”
Tak lama kemudian. Deby datang sendiri.
Memasuki Aula yang tampak seperti tengah menyorot dirinya.
Deby masuk, dan menghampiri Kayla yang berdiri disamping Anna yang berada ditengah-tengah Aula.
“Kayla? Maksudnya apa?” tanya DDeb
“Dasar pembunuh!”
“Prak!” Anna menampar Deby
“Maksudnya apa?”
“gausah pura-pura gatau apa-apa! Oke , biar aku Jelasin semuanya.”
“Deby! Aku baru tau kalau ternyata kita emang terlahir kembar, aku baru tau pula, kalau ternyata aku juga diadopsi sama mamanya Iky! Dan kamu tau kenapa kita bisa masuk ke Panti Asuhan bareng?! Ternyata kamu biangnya! Kamu! Membuat Papa meninggal! Mama emang udah gaada sejak ngelahirin kita. Tapi Papa, dan kamu tau, gimana papa bisa meninggal? Itu karna kamu! Balon kamu terbang, terus papa suruh ambilin. Dan saat papa berusaha ambil balon itu, dia kecelakaan dan meninggal. Itu semua gara-gara kamu Deby!” ucap Anna
“Hah?! Aku?!”
“Dasar pembunuh, Anak gatau diri! Untung aja Nela ngasih tau semuanya. Kalau tidak semuanya gak akan tau. Dan papa meninggal karna ketidakadilan. Harusnya kamu ga diem! Bilang kalau kamu yang bunuh papa! Bilang pada polisi! Biar papa itu tenang disana Deb!”
Ucap Anna yang berawal dari memainkan pipi Deby hingga akhirnya mendorongnya.
“Pembunuh!”
Deby menangis dan berteriak.
“Engga! Aku bukan pembunuh, itu semua kecelakaan!” teriak Deby.
“Kecelakaan kamu bilang?! Pergi kamu! Keluar dari sini! Jauh-jauh dari Aku! Awas aja sampai kamu masih bertemu sama aku!” Anna menarik tangan Deby dan mengusirnya dari Aula.
Bahkan Kayla juga tidak bisa membantu apa-apa. Dia juga tidak tau mana yang benar. Tapi secara logika, benar-benar itu kenyataannya.
❄️❄️❄️
Di tepian jalan. Deby menangis daritadi. Semua yang dikatakan Anna ada benarnya. Dia ga nyangka kalau dialah yang buat papanya meninggal.
Tiba-tiba ada seseorang yang datang menghampiri Deby di tepi jalan.
“Kamu kenapa?” tanya Gibran yang tidak sengaja melihat ada seseorang menangis.
“aku gatau siapa yang benar dan siapa yang salah. Apakah aku benar-benar pembunuh papa? Atau yang mereka katakan itu bohong?! Aku ga ingat semuanya.” Ucap Deby menceritakan inti permasalahannya.
“aku bisa bantu kamu menemukan jawabannya. Aku punya kenalan psikiater namanya Rizky. Dia kelulusan mahasiswa psycolog. Jadi bisa tau dia bisa bantu kamu.” Ucap Gibran menyarankan.
“Makasih, aku coba ikutin saran kamu”
Deby pun diantar Gibran menuju lokasi psikiater Rizky.
Gibran hanya menunggu di belakang. Sedangkan Deby mulai bercerita tentang masalah kehidupannya ke psikiater Rizky.
“Tutup mata kamu, konsentrasi, hilangkan semua masalah kamu. Fokus pada satu titik. Bayangin kamu berada ditempat yang paling kamu sukai. Dimana kamu benar-benar bahagia disana. Lalu, munculkan satu persatu orang yang kamu ingin tanyakan. Ingat baik-baik bagaimana alur ceritanya. Cerita sesungguhnya. Alasan kuat dengan sebuah fakta.”
Deby meneteskan air matanya. Dia beneran terkejut karna apa yang dibilang Anna itu benar-benar terjadi.
“Dok, kalau boleh tau, bagaimana caranya untuk memenangkan diri?” tanya Deby
“Ini saya ada resep obat penenang yang bisa dibeli di Apotek terdekat. Dengan dosis dan pemakaian yang tepat” ucap Psikiater Rizky.
“Terimakasih”
Deby keluar dan menghampiri Gibran. Dia pura-pura kuat.
“udah, em, bisa bantu aku anterin ke Apotek ga?” tanya Deby
“bisa”
Gibran mengantarkan Deby ke Apotek lalu mengantarkannya pulang.
Sesampainya Deby di rumah.
Risma marah-marah kembali. Karena Deby kabur dari rumah. Perseteruan kembali terasa di rumah Deby.
Deby kembali dikamar.
“Jadi, Aku? Yang bunuh papa?” tangis Deby terisak-isak.
Melihat ditangannya ada satu tablet obat. Ia pun meminumnya semua. Dia bodo amat akan dosis yang telah ditentukan. Yang dia inginkan hanyalah ingin cepat-cepat masalah ini berakhir. Tanpa tau resikonya.
Tak lama kemudian, ia terasa pusing lalu terjatuh dan tak sadarkan diri.
Flashback Off
❄️❄️❄️❄️❄️
Deby sudah mengingat semuanya. Ia jatuh tersungkur, terkejut akan kematiannya yang tak ia duga sendiri.
“Deby, kamu kenapa? Kamu udah inget?” tanya Mely
“Aku.. ternyata aku, overdosis. Habis dari psikiater yang disaranin oleh Gibran dan aku tau kalau faktanya aku yang bunuh papa. Karna aku papa meninggal?” ucap Deby sangat terkejut.
“Gibran?? Kakakku?!” tanya Mely
“iyaa, tapi ini bukan salahnya, ini juga bukan salah siapa-siapa. Ini semua salah ku” ucap Deby
“lalu, kamu mau apa? Keinginan kamu terakhir di dunia ini?” tanya Mely
“Aku mau liat semua maaf dari Anna, Okta, Jimmy, Iky, Kayla, dan Mama” ucap Deby
“oke, aku bantu kamu, bersama ka Gibran” ucap Mely
❄️❄️❄️
Deby, Melu, dan Gibran menuju rumah Deby. Keinginan Deby hanya ingin melihat mamanya tidak kenapa-kenapa.
Terlihat jelas bahwa Risma, mama Deby ikut terpukul atas kepergian Deby.
Selanjutnya…
Mereka menuju rumah Anna. Dan memanggil Kayla, Okta, Jimmy, dan Iky disana.
Gibran yang menjelaskan.
“Kalian tau ga? Deby, itu sangat terpukul atas ucapan kalian. Ucapan kalian membuat Deby tambah down tau ga?” ucap Gibran
“Percaya, atau tidaknya kalian. Deby ada disini. Di samping aku. Kalian memang tidak bisa melihatnya. Tapi aku bisa melihat. Aku, sama kak Gibran disini semua juga kemauan Deby. Deby mau kalian minta maaf. Deby maafin kok. Khususnya kamu Anna, teman, sekaligus keluarga satu-satunya Deby.” Ucap Mely
~ hening
“aku minta maaf, ga seharusnya aku nghianatin Deby” ucap Kayla
“aku minta maaf, ga seharusnya aku mengolok-olok Deby”
“aku juga minta maaf kalau ikut-ikutan ngrendahin Deby”
“Aku juga, kita nyesel udah maki² Deby”
“Mel, kalau emang benar Deby ada disamping kamu. Aku benar-benar minta maaf atas semuanya. Aku nyesel banget udah jahat sama dia. Harusnya dia menjadi teman sekaligus keluarga aku. Aku malah rendahin dia dan maki-maki dia. Sekarang dia udah pergi, kita benar-benar merasa kehilangan. Kita janji, kita gaakan ngulangi kesalahan yang sama” ucap Anna
Mely melirik ke arah Deby. Ia tersenyum.
Deby sudah memaafkan mereka semuanya. Dia bisa, pergi dengan tenang. Dan hanya Mely yang melihat Deby berjalan pergi meninggalkan dunia.
Biodata:
Biodata Penulis :
Nama: Annisa Maharani
TTL: Semarang, 19 Juli 2004
Alamat: Jl.Penjaringan Rt 10 Rw 01
Sekolah: SMK N 2 Semarang
Agama: Islam
No hp: 088232384404
Penulis: Annisa Maharani
#ceritamini #cerita #sastra #lestari_sastra
Leave a Reply