Cermin Waktu Cermin yang setengah retak Untuk bersolek di balik pintu Cermin itu Tak seperti cermin-cermin yang lain Kusam dimakan waktu Legam tergerus jemu Berkali-kali ku tatap dengan wajah semburat layu Tak ada kehidupan Seolah ingin menguluh dan berkesah Aku menunggumu di depan cermin setengah retak itu Dengan pantulan yang sederhana Tanpa raut yang mempesona Seperti itu Sejauh itu Lestari Sastra, 30 Juli 2022 Lisik Ruam Aku dihinggapi rasa percaya yang tak percaya untuk dipercayaDari daun yang coba meyakinkanku Pada angin yang mencoba menelisik Ruam-ruam yang mulai lebam di tengkukku Tak berselang lama Malam pun ikut tersenyum Bersama dewi-dewi dari langit Tapi itu semua seperti khayal bagiku Namun tak berlaku bagimu Anggur merah yang kau suguhkan semalam suntuk bersama kantuk yang terkutuk Tiupan asap api yang menguap Aku duduk bersama lepuhan luka-luka lalu Dan cerita-cerita usang yang masih ku ambil dari sisa-sisa cerita sepotong roti bersamamu Sangat menyakitkan Apalagi kau ciutkan praduga burukku dengan tuangan harapan yang manis Semanis obat racun yang tertenggak Kau bukanlah musafir cintaYang hilir mudik sibuk mempertanyakan apakah ini benar adanya Sudah Hentikan saja lajumu Setidaknya takdir akan berjalan sendiri Dan mengarahkan rasanya sendiri Lestari Sastra, 30 Juli 2022 Nasehat Yang BasiAlih-alih mendengarkan nasehat Kau saja memalingkan wajahmuBerpaling untuk menafikan keadaan yang sebenarnya tak usah dibenarkanKau mengadu kepada rembulan yang mengatup serupa bunga teratai Sangat elokRupanya rembulan enggan menanggapi lenguhanmuTerlalu basi Untuk perihal menerima nasehat dari dirimuLestari Sastra, 30 Juli 2022
Lisik Ruam dan Puisi Lainnya

What’s your reaction?
Love0
Sad0
Happy0
Sleepy0
Angry0
Dead0
Wink0
Leave a Reply