
Seikat Keluh Sekuntum duri yang berjejer rapi nun kisruh Tak peduli apa fatwanya Mendera tajam Melebihi tajamnya bilih bambu runcingmu Sangkar yang kau dirikan Bak singgasana megah nan menawan Tak luput dari decak kagum para kawanan Sukmaku menggemuruh keluh Tak terasa air mata jatuh membasahi kerongkonganmu yang paceklik Paceklik akan kalimat indah Paceklik akan gusaran pesona membara Kau luput dalam lamunanku Lestari Sastra, 5 Mei 2022 Kau Belum Mengerti, Sep Kau belum mengerti, Sep Setiap frasa yang ku ucapkan Tanpa spasi tanpa koma Tanpa rancu tanpa kata yang tak baku Kau belum mengerti, Sep Setiap lagu yang ku dendangkan untukmu Tanpa ragu tanpa kelu Tanpa basa-basi kepada ramahnya rayuan angin Yang menyerebak syahdu Kau belum mengerti, Sep Diamku yang merajut tanya Tanpa ingin meninggalkan harapku Ternyata kau belum sepenuhnya mengerti, Sep Dalamnya lembah cinta yang ku persembahkan padamu Lestari Sastra, 5 Mei 2022 Pergi Kemana harus diriku pergi Jika bau ketiakmu seperti lengkuas yang menyerebak wangi Kemana harus diriku berpaling Jika lamunanku dan lamunanmu Masih mengharu biru di bukit senja kala itu Kemana harus diriku pergi Deru itu selalu membisingkan telinga Gemulai itu selalu menggelitikkan mata Candu bagi setiap insan yang bermanja dengan netra Meliuk-liuk setiap jengkalnya Lestari Sastra, 5 Mei 2022
Leave a Reply