Dahan Berkarat Kabut putih menjelma muram Gerangan yang tak terpikirkan oleh riuhnya pikiran Diam yang bersemu kelu Rasa pun jua tak menentu Senar berkarat Hati tersekat Dari rindangnya dahan yang mengibaskan peluh-peluhnya Bagaimana lagi.... Aku yang belum bisa membenahi cerminku yang retak Kau memintaku mengilapkan cermin-cermin baru yang belum sempat teraba Bagaimana lagi... Apa lagi... Lestari Sastra, 1 April 2022 Hidup Yang Dirundung Gadis yang meratap semu Di bongkahan kayu yang telah layu Kusam Kusut Tak bergairah Gadis itu sedang melipat duka Dengan sekeping kecewa Yang lama terendap di lembah peraduan Tak pelak menjadi salah satu wacana dilema Kukira Tuhan menginginkan anyirnya dosa untuk ku ratapi Ternyata tak semudah itu Kukira Tuhan ciptakan seonggok rasa untuk di sia-siakan Ternyata bukan Gadis itu lelah menutup beribu lubang kemunafikan Hadirnya manipulasi hati Yang menyerang bertubi-tubi Rupanya... Gadis itu sedang menaiki helai per helai kehidupannya Walaupun dengan sangat lamban Disertai dramanya deraian air mata Yang lama-kelamaan kering sendiri Gadis malang itu merundung bersama sendunya jiwaDan berkata dalam hati"Akankah teka-teki hidup hinggap dan menjalaku di sepenggal kisahku." Bukankah elegi pagi masih sudi untuk memancarkan ufuknya Dawai-dawai yang karam puanMenunjukkan keengganannya untuk bersenandung ria Seperti halnya aku, puan Bergelut sendiri Lestari Sastra, 30 Maret 2022 Aku Tahu, Itu Luka Salahkan Bila memang fakta itu dihimpit oleh kesukaran Benarkan Jika yang tabu terdesak dengan realitaAku benar-benar tidak apa Kau yang bersenandung dengan air mata Daripada mengalihkan duri-duri luka dengan tawa menggelegar nun bergelak Palsu, Sur Tidak sebaiknya begitu Lestari Sastra, 1 April 2022
Hidup Yang Dirundung dan Puisi Lainnya

What’s your reaction?
Love0
Sad0
Happy0
Sleepy0
Angry0
Dead0
Wink0
Leave a Reply