
Dari Sehelai Telinga Telingamu Laksana kerlingan kuncup bunga Yang ingin mereka Tanda kebahagiaan Terselimut kemaluan Malu jikalau semerbaknyaTak seharum dulu Dimana suluran ucapannya masih selembut sutra Rajutannya terlihat rapi Aku mengendap-endap dalam tong kosong Mencari sembari menjamah apa isi yang bisa ku raih dari tong kosong itu Hanya gelap Bising tak bermakna apa-apa "Aku, aku yang membuat ini semua. Kamu harus tahu, itu buatanku." Seperti menunjuk kecongkahan dalam hantaman hati yang paling aku "Tahukah kamu, langit itu bisa cerah karena aku yang menghiasnya. Bukan dia." Seperti tak takut Pada pemilik yang semestinya Keakuannya Sontak menggelitik ketiakku Lestari Sastra, 19 Juni 2022Sontak tertawa Menghirup asap-asap kebohongan dari pemiliknyaAku punya seorang teman Bau badannya seperti terong busuk Sebusuk kafilah yang hanya membual tanpa realitas perbuatan Aku punya seorang teman Gengsinya melebihi langit di angkasa Sulit untuk diturunkanSesulit menampakkan kebaikan dalam sosok pelacur Aku punya seorang teman Munafik tak karuan Memasang topeng di dua jalur Padahal songkok dan baju koko selalu menyelimuti badannya sehari-hari Tak menjadi jaminan Lestari Sastra, 19 Juni 2022 Hanya Aku Upil di dalam hidungSongkok, Pelacur, TopengTidak tahu saja Upil itu sesekali menyelinap di dalam tempurung yang amat dangkal Karena upil itu malu"Aku ini sangat baik, dia sangat buruk. Malang sekali, ya."Jika suatu saat Ia terpaksa dikeluarkanPada jari-jari picikDari sang tuan Lestari Sastra, 19 Juni 2022
Leave a Reply