Festival Keadilan Jadi Momentum Bangun Kesadaran HAM Masyarakat Rembang

Sesi diskusi politik bersama Social Movement Institute (SMI). (Doc. Ayu Lestari/ayusastra.com).

REMBANG, ayusastra.com – Festival Keadilan yang diprakarsai oleh Social Movement Institute (SMI) menjadi momentum meningkatkan kesadaran Hak Asasi Manusia (HAM) pada masyarakat Rembang, Sabtu (4/11/2023).

Festival Keadilan ini terselenggara bersama dengan beberapa komunitas dan organisasi kepemudaan di Halaman Pabrik Krupuk Bu Mar, Karang Mencol, Sumberjo Rembang, pada Jumat (3/11/2023).

Acara tersebut dimulai pukul 19.30 WIB dengan menampilkan beberapa pentas seni musik, dan membaca puisi. 

Setelah itu, sesi diskusi politik dengan narasumber yaitu Asfinawati, Fatia Maulidiyanti, Sukinah, dan Eko Prasetyo.

Perbincangan di awali dengan mengulik peristiwa kerusakan alam di Gunung Kendeng yang disebabkan oleh perusahaan tambang, dinamika politik dinasti, ketentuan hukum pidana dan lain sebagainya.

HilmiHisyam Raudani, koordinator perwakilan dari Komunitas Pustaka Malam menjelaskan tujuan adanya kegiatan festival keadilan ini ingin mengungkap kembali permasalahan yang belum menemukan solusi konkrit bagi masyarakat Rembang.

“Tujuan dari acara kami membahas tentang permasalahan yang ada di Rembang terutama kilas balik kembali permasalahan lama yang masih belum ada titik temunya yaitu permasalahan semen kendeng di desa tegaldowo,” jawab Hilmi.

Hilmi berharap, pasca acara ini pemuda lebih peduli dan memberikan kontribusi bagi permasalahan yang ada di Kabupaten Rembang.

“Saya berharap, setelah acara ini para pemuda terutama pemuda di Rembang bisa melek akan persoalan yang menyangkut kotanya sendiri juga tidak menutup kemungkinan bahwa masalah ini belum terselesaikan sehingga bisa menjadi estafet bagi pemuda di rembang untuk meneruskan perjuangan masyarakat terutama masyarakat desa tegaldowo,” kata Hilmi.

Kendati demikian kasus-kasus di Kabupaten Rembang masih menjadi sebuah kalimat tanya.

“Langkah awal untuk mengawal kasus yang masih dalam tanda tanya ini yakni mengajak pemuda pemudi Rembang untuk mengkaji secara ilmiah serta turut andil menjaga kelestarian wilayah rembang dan sekitarnya,” ungkapnya.

Selaras dengan hal ini, Fajar selaku aktivis kepemudaan juga mengutarakan kegiatan Festival Keadilan ini dapat mempengaruhi daya nalar kritis.

“Kegiatan Festival Keadilan dihadiri tokoh-tokoh berpengaruh dan disitu kita dipantik nalar berfikir kritis kita yang selama ini emang disengaja oleh sistem pendidikan agar tumpul,” tandasnya.

Selain itu, Fajar mengungkapkan tindak lanjut dari kegiatan tersebut dengan membuat forum-forum  kecil yang produktif.

“Membicarakan isu-isu daerah khususnya nasib pegunungan kendeng yang saya rasa sangat jauh dari kemanusiaan. Selain itu, kita bisa menggunakan teknik agitop untuk menyeimbangkan isu-isu yang ada di Rembang, bahwa Rembang sedang tidak baik-baik saja, serta mempertegas sekolah dan kampus adalah sentrum perlawanan dan perubahan terhadap kondisi daerahnya. Seperti halnya sejarah pesantren adalah sentrum perlawanan terhadap kolonialisme dan imperialisme,” pungkasnya.

(ayl/fka)

Ayu Sastra
Assalamualaikum. Perkenalkan nama saya Ayu Lestari, hidup di tengah-tengah sudut kota kecil yang melegenda tepatnya di Kota Lasem. Saya merupakan penulis pemula yang ingin mendedikasikan diri khususnya dibidang kepenulisan. Akun Media Sosial FB : Aeyu Loestari IG : @ayu_lestari230801 @lestari_sastra WA : 0858 - 6803 - 1099