Komunitas OMG gelar diskusi pada malam hari di Desa Karangturi Lasem-Rembang. (Doc. Ayu Lestari).
Rembang, ayusastra.com – Orang Muda Ganjar (OMG) gelar acara ngopi bareng anak muda dengan mengusung tema “Menyongsong Lasem Kota Pusaka: Anak Muda Jadi Penonton atau Pemain?” di Desa Karangturi Kecamatan Lasem Kabupaten Rembang. Sabtu (3/9/2022).
Pegiat UMKM, Wahyu Santoso, S.Pd menyatakan antusias masyarakat sangat responsif. Ia berharap dengan adanya Lasem kota pusaka Lasem ini warga Lasem khususnya anak muda bisa memanfaatkan dengan sebaik mungkin.
Momentum yang telah ada di depan mata selarasnya dapat diawali dan memberikan umpan balik yang baik sesuai kapasitas dan kemampuan masing-masing.
“Kita harus berperan di berbagai lini. Kalau ahli di bidang kuliner, silahkan. Jika mampu di bidang jasa, pemotretan dan media juga monggo, kita saling mengisi,” kata Wahyu dalam keterangannya pada saat memberikan materi.
Selaras dengan Wahyu, Rasdadik, S.Pd. S.Kom selaku Ketua Pokdarwis Desa Karangturi merasa sangat tertarik dengan opsi bagaimana peran pemuda, yang hanya menjadi penonton saja atau bahkan bisa menjadi pemain.
“Ketika kita bicara sebagai penonton kita sudah menjadi penonton sejak dulu kala. Lasem ini sebenarnya sering dieksploitasi oleh orang luar Lasem yang menjual Lasem untuk mendapatkan finansial. Sementara kita warga Lasem sendiri tidak menjadi pemain di kandang sendiri yang mempunyai potensi luar biasa,” sahut Rasdadik.
Selain itu, Rasdadik juga memaparkan beberapa kegiatan agar dapat mendorong masyarakat untuk bergerak.
“Karena kami sangat berharap kehadiran teman-teman untuk tidak hanya sekedar hadir, namun juga bergerak dan menggerakkan untuk mencapai kesuksesan bersama,” jawabnya.
Dari hal ini, adapun beberapa program yang ditargetkan mulai dari kegiatan untuk jangka panjang yakni Recovery Sejarah, jangka menengah ada Museum Digital, dan bagi program tahunan terdapat Dewi Linusa Night Carnival.
“Karena Lasem ini mempunyai sejarah yang panjang dan sangat luar biasa dan program ini harapannya agar dapat dukungan dari berbagai pihak,” ujarnya.
Selain itu, adapun museum digital untuk program menengah.
“Kita ingin museum digital. Masih banyak diantara kita salah persepsi dari museum digital itu sendiri. Kami pernah mengajukan beberapa bantuan untuk museum digital pada waktu itu,” terangnya.
Untuk program tahunan, Dewi Linusa Night Carnival yang mana, pada masa pandemi Covid-19 sudah pernah dilaksanakan.
“Dewi Linusa Night Carnival ini sudah ada sejak 2021, saat musim covid. Kami mengalami kesulitan perizinan ke polsek pada waktu itu. Tapi Alhamdulillah bisa dilaksanakan setiap tahun sekali di Bulan November. Rencananya Bulan November ini Mudah-mudahan bisa diadakan kembali,” pungkasnya.
Leave a Reply