
Aku Sebagaimana Titah-Mu Rahmat-Mu tak pernah surut Ibadahku saja yang tak runtut Mengiba dengan tak selaras yang aku taati Mohon... Berikan hamba beribu ampun yang beruntun Saat manusia tak memanusiakan daku Aku seolah-olah sudah tak berdaya, Tuhan Tapi engkau... Tetap menjadikanku insan yang mulia dengan segala kebaikanmu Ya Muqollibal Qulub Tentramkan kalbuku didalam sendunya jiwa Tabahkan rasaku didalam kalutnya rindu Berkahi hamba Sebagaimana hamba ialah manusia yang terurai dari beberapa bahan buana Kuatkan sebagaimana engkau mengkokohkan ragaku Dengan berbagai asumsi dan polemik nun cuitan dari para ciptaanmu Mereka bilang, itu tidak baik Mereka bilang, itu tidak bijaksana Mereka bilang, itu hanya mengejar kepopuleritasan semata Tanpa memerhatikan tatanan kesopanan Ia menafsirkan dengan kacamata kehidupan yang kusut dan penuh benci Dunia ini bak delusi, Tuhan Yang berubah-ubah berdasarkan penglihatan yang semu dan rancu Lestari Sastra, 1 Desember 2021 Kebijakan, Kamu Dimana? Kata-kata berbual berbau najis Segelintir air mani yang memaksa masuk ke ranah rawan Dipaksa...lagi-lagi dipaksa Dibius...lagi-lagi dibius Ditekan...lagi-lagi tertekan Bahkan jagal itu menjala urat nadiku Untuk bersua ke liang lahat Aku perempuan Dimuliakan itulah harapan Dilindungi itulah keinginan Kabut mendung tak sanggup menutup laraku Rintihan sang rinai tak mampu membendung kesakitanku RUU PKS tersendat-tersendat diresmikan RUU PKS tertatih-tertatih menunggu ditetapkan Pangkat itu tak sederajat dengan apa yang dipelupuk mata Jika peluhku bisa berkeluh Mungkin saja bisamenyelamatkan satu dekade kehidupanku Tapi tak berdaya Aku hanya menunggu keadilan dari suasana alam yang lain Dari para pendengar yang kalut nun iba dengan nasibku Keadilan, kamu sebenarnya dimana? Lestari Sastra, 5 Desember 2021
Leave a Reply