
Apa sih yang ada di benak kalian kalau ada seseorang memberikan petuah dengan bahasa tubuh yang berbeda-beda. Apa kalian bisa membedakan mana menasehati dan mana dalam konteks mempermalukanmu? terkadang tak pelak orang tua terjebak dalam keadaan seperti ini.
Niatnya menasehati tapi dengan cara mempermalukan. Niatnya mempermalukan tapi dengan dalih untuk menasehati. Apa yang kalian rasakan jika ada diposisi seperti itu.
Seandainya membantah atau sekedar menyanggah kekeliruan tersebut, kita akan dihantui oleh fatwa “dosa”. Di cap anak durhaka, tidak sopan, terima saja. Toh itu juga benar kok. That’s way, apakah dengan cara seperti itu? definisi orang tua itu apa sih sebenarnya, bagaimana peran dari orang tua, bagaimana parenting (pola asuh) yang baik dan benar menurut ajarannya.
Doktrin bahwa orang tua akan selalu agung dan benar apapun itu perintah dan perlakuannya. Apa benar begitu.Tulisan ini bukan untuk menganjurkan kalian untuk tidak berbakti kepada kedua orang tuamu, ya. Tapi adanya ini hanya sebagai pengingat, notification, warning aja. Untuk saling instrospeksi diri dan lebih membenahi pola asuh yang tepat bagi tumbuh kembang anak.
Membandingkan anaknya sendiri dengan anak orang lain, menganggap anaknya tidak becus beres-beres rumah, tidak bisa diandalkan, tidak peduli dengan orang tuanya (mementingkan diri sendiri). Ironisnya, membandingkan kesuksesan dari masing-masing anaknya.
Sederhananya anak terakhir harus mencontoh kesuksesan dari sang kakak. Menurut kalian, apakah kesuksesan harus dengan jalan yang sama seperti orang lain?.
Kedekatan emosional, sangat mempengaruhi tingkat keharmonisan antar kedua belah pihak. Jangan hanya menyalahkan sang anak dengan selalu menuntut ia harus peka dan selalu menuruti keinginan kedua orang tua. Telaah dulu, apa yang menyebabkan anak itu kurang peduli atau acuh kepada orang tua.
Nah, kalau kedekatan emosional saja tidak terbangun karena selalu ditimpa oleh kata-kata toxic yang menyakitkan hati, bagaimana mau mendekat. Ibarat, apakah ikan akan mendekat jika alat pancing tidak ada sesuatu yang melekat di benda tersebut. Ikan akan menghindar bukan?.
Mengapa sih harus membanding-bandingkan. Bukankah anak itu sebuah anugerah. Bukankah anak itu lahir dengan segala kelebihan dan kekurangan yang telah ditentukan oleh tuhan kita. Mengapa harus membandingkan hal yang sama-sama indah jika dilihat dari segi keelokannya. Akan sangat bodoh andaikata menuntut ikan harus pandai memanjat pohon.
Ketahuilah, bahwa orang tua itu tidak selalu benar.
Karena hakikatnya orang tua juga manusia, luput dalam melakukan hal yang salah itu lumrah dan maklum. Tidak ada yang sempurna, apa salahnya mengucapkan maaf terlebih dahulu kepada anak karena sudah menyakiti psikis dan mentalnya. Apa dengan meminta maaf, harga diri sebagai orang tua akan jatuh tersungkur? tidak.
Justru anak akan lebih bisa memahami dan mengerti bahwa apa yang selama ini dilakukan orang tuanya bertujuan demi kebahagiaan sang anak. Mungkin dalam penyampaiannya saja yang kurang tepat, sehingga menimbulkan kecewa dan sakit hati.
Gimana sih untuk kalian semua, jika dinasehati di banyak orang tapi kesannya mempermalukan. Jatuhnya tetangga melihat, anak ini kok tidak sayang dengan ibu bapaknya, terkesan kalau anak tersebut bersikap bodo amat dengan orang tuanya. Tanpa tahu kebenarannya. Parahnya lagi, kalau orang lain membenarkan ucapannya. Jelek sekali citra anak di mata tetangga.
Anak itu tidak bisa diandalkan.
Sakit ngga sih mendengar kata-kata seperti itu yang berasal dari mulut ibumu sendiri. Yap, sangat sakit. Memandang sebelah mata peran anak dengan meremehkan dan seolah-olah tidak ada manfaatnya. Hanya mementingkan diri sendiri.
Apa orang tua tidak wajib untuk menjaga perasaan anak?
Penting tidak sih, menjaga perasaan anak. Seberapa penting untuk mengetahui perasaanya. Kan harusnya anak yang selalu menjaga perasaan orang tuanya, harus tenggang rasa.
Siapapun punya hati. Dan hati itu sangat sensitif apalagi mengenai rasa. Dan perasaan seorang anak, berhak untuk dimengerti. Ilmu dalam pola asuh mendidik, membimbing, memberi arahan yang baik untuk anak-anak itu sangatlah penting.
Ketersalingan dan keterbukaan antara anak dan orang tua itu menjadi tolok ukur paling dasar dalam berinteraksi. Saling memaafkan, saling menjaga perasaan satu sama lain, saling menghargai pendapatnya, dan yang tidak kalah pentingnya ialah saling memberikan kepercayaan penuh terhadap anak. Apa yang dilakukan, akan menghasilkan progres yang baik.
Hilangkan rasa curiga yang berlebihan.
dengan demikian umpan balik yang diterima akan senantiasa baik. Terima ulasan anak tanpa menghakimi, dengan cara saling menghormati satu sama lain. Harga diri orang tua tidak akan runtuh jika bersedia mendengar ungkapan atau rasa dari seorang anak. Ia hanya perlu satu, dipercaya dan diandalkan. Kebaikan yang dilakukan satu kali akan tertutupi dengan beribu kesalahan dan kecerobohan.
Nah, itulah yang melatarbelakangi dengan mengambil suatu dogma untuk dijadikan landasan dalam pengasuhan anak. Jadi, untuk semua yang membaca tulisan ini. Entah yang sudah berstatus sebagai ibu atau masih gadis.
Sekali lagi, tulisan ini tidak ada maksud untuk menggurui atau menghakimi orang tua lebih-lebih hanya membela anak, hanya ingin membantu meluruskan yang belum terbenahi.
Saya suka sekali artikel ini.Menambah ilmu tentangnpola asuh anak.Terimakasih
Terima kasih bu