
Tak Usai Setengah pekan Aku merindukanmu Dari berbagai celah-celah kebahagiaan Terpatri rapi dalam relung Kapan rindu ini usai? Sekilas ku cari Rindu di semak belukar Tapi hanya dahan kering yang berjatuhan Sekilas ku raba Rindu di saku celana Namun hanya rajutan genggaman tangan Tanda perpisahan Kapan rindu ini usai? Ketika embun menyerebak cedar Menyelinap dalam binar-binar mata Tangisku adalah kehadiranmu Dekapan ratapanku adalah dirimu Kapan rindu ini usai? Dalam sunyi berbisik-bisik Andai masih ada Kesempatan sepenggal nafas tuk berhembus Tanpa selalu mempertanyakan Kapan rindu ini usai? Lestari Sastra, 3 Juni 2022 Bagi Ruh-Ruh Yang Berdoa Memenjarakanmu dalam doa Itu lebih mengekalkan Secebis kepiluan Lambaian daun-daun isyaratkan ketenangan Terik di antara pagi nan siang Meredam selaksa risaunya gelisahPada-Mu, kepasrahan bukan serta merta kehinaan Pada-Mu, keikhlasan bukan karena tak ada kepercayaan Atur sebagaimana kau mengatur Baik selagi mana ia tumbuh Bersama dari ruh-ruh keabadian Karena ku tahu Kemelaratan bukan dikenakan pada damba yang bersyukurIbarat segelintir kokohnya pagar rumah Tak mengalahkan kuasa bagi Maha Kuasa Tebalnya dosa Tak luput dari kemurahan-kemurahan dzat-Nya Rupa-rupa apa saja yang diampuni Dari rupa-rupa apa saja yang disayangi Lestari Sastra, 3 Juni 2022 Elegi Kopi Kopi pagi Kau suguhkan padaku Sembari menggoreskan senyum dari selipan lesung pipimu Meneduhkan fajar yang memar Menghangatkan sendi-sendi yang masih memerlukan pelukan Hitam Kau sajikan padaku Dengan beribu tanya yang memburu Bayangkan, bagaimana aku menenggelamkan degupan yang rancu Saat menjawab beribu tanya darimu Tak mudah Namun indahLestari Sastra, 3 Juni 2022
Leave a Reply