Lestari Sastra
Malam semakin mencekam. Sayup suara jangkrik berdenting nyaring di kepalaku. Sembari menyangga rasa kantuk dan lelah selesai bekerja sebagai seorang pramuniagawati di sebuah kafe fenomena, namanya nona biru.
Tiba-tiba dari jendela bolong, Sapri menyenggol sikuku yang sangat eksotis itu.
“Bita, kamu yakin pulang sendirian. Ih ngeri banget. Apalagi malam ini, malam jumat kliwon tau. Awas nanti di ajak main.” kata Sapri.
“Ah. Mana ada takut, ga ada setan yang mau sama aku. Lagian kan aku bau sambel terasi yang baru selesai aku tumbuk buat pelanggan terakhir tadi.” sahutku.
Wajah yang semula datar itu, berubah menjadi raut yang tengil. Dasar, menyebalkan.
Setelah aku selesai bicara sama si Sapri. Aku bergegas melaju sepanjang jalan-jalan kota. Tapi anehnya, setelah dipikir-pikir omongan si Sapri bener juga. Sialan!
Leave a Reply