
Rembang, Ayusastra.com – Keluarga sejatinya lini terkecil didalam struktur kekeluargaan kita. Tempat mengadu, tempat berkeluh kesah, bahkan keluarga menjadi solusi terampuh untuk mencari ketenangan disaat masalah menimpa di kalian. Tapi, namanya juga hidup. Hidup berkeluarga dengan beberapa anggota keluarga serta variasi karakteristik yang beraneka ragam, sebagai anggota keluarga harus saling mengerti dan memahmi. Bukan begitu?
Namun, mungkin hal ini sudah banyak disinggung oleh pakar-pakar atau ilmuwan yang handal sesuai bidangnya. Menyangkut soal toxic yang ada di ruang lingkup keluarga kecil yang senantiasa hinggap dikehidupan sehari-hari. Mengapa bisa terjadi ? apa yang menjadi landasan timbulnya racun-racun bagi keluarga ? apakah dari segi ekonomi? Karena memang faktor inilah yang sering mendominasi utuh atau retaknya suatu hubungan keluarga, lebih spesifiknya ke ranah suami istri. lebih tepatnya gangguan ini menyerang mental, psikis korban. Perilaku yang saling menyakiti ini bisa dirasakan oleh siap saja, bisa ke adik, kakak, ibu, dan ayah.
Mungkin bisa saja tanpa disengaja, mereka saling menyakiti.
Agar tidak terjadi. Apakah ada langkah-langkah untuk kita nih khususnya untuk kaum muda, agar tidak terpengaruh atau mengalami kasus yang seperti ini. Seperti yang kita ketahui, hal ini sebenarnya kecil dan sepele, akan tetapi sekecil apapun itu, dampak yang diberikan untuk kondisi keluarga kalian.
So, untuk menghindari hal-hal yang tidak menyenangkan itu, bagaimana guys?
Kita bedah dulu makna dari toxic family. Apa sih toxic family itu? Ialah gangguan yang dialami didalam satu keluarga dengan menimbulkan berbagai permasalahan yang kompleks dengan cara saling menyakiti, baik secara verbal maupun non verbal yang terjalin oleh kedua pasangan ( kedua orang tua ). Hal ini menunjukkan, ada atau tidaknya masalah itu tergantung dari kedua belah pihak tersebut.
Lalu, ciri-ciri keluarga yang mengalami “Toxic Family “ itu seperti apa? mari kita simak dengan seksama:
a. Runtuhnya kepercayaan antar pasangan
Ini yang paling ditakutkan. Karena pondasi biduk rumah tangga salah satunya adalah kepercayaan. Apabila kepercayaan sudah mencapai batas minimal, besar kemungkinan timbulnya gangguan toxic family merebak di keluarga tersebut.
b. Cepat marah
Berkelanjutan berdasarkan pernyataan yang sebelumnya, terkait adanya toxic family tersebut memicu kemarahan-kemarahan yang sebenarnya tidak perlu dibesar-besarkan. Marah tanpa adanya sebab yang jelas, yang merangsang orang tersebut melakukan hal itu. Sebenarnya penyebab timbulnya amarah itu tidak jelas sekali.
c. Memberikan sarkasme berlebih kepada masing-masing anggota keluarganya.
Kata-kata atau ungkapan yang mengandung “sarkas” atau biasa disebut dengan sindiran. Gaya bahasa yang mengandung kata-kata kasar, dengan cara mengumpat, mencaci maki pihak lawan guna mencederai psikologinya.
d. Sulit meminta maaf
Ego yang berlebih dan sangat kuat, membuat pihak yang membawa virus toxic ini enggan untuk menyadari kesalahan-kesalahannya yang sudah ia perbuat. Perasaan gengsi yang menghimpun di diri seseorang akan mengakibatkan kesulitan untuk menyatakan permintaan maaf kepada si korban.
e.Tidak adanya kedekatan emosional terhadap anak ( dikhususkan untuk orang tua, bapak ataupun ibu ). Seatap, tapi jarang untuk berdialog dan berdialektika seperti orang-orang diluar sana. Hanya sebatas pengakuan status sosial bahwa anak tersebut menjadi bagian dari anggota keluarganya ( anak ). Kasus seperti ini banyak dijumpai apalagi di suasana perkotaan yang semuanya sudah serba individualisme, mementingkan dirinya sendiri.
Atau kalau tidak, ada faktor yang menyebabkan kerenggangan hubungan antar ayah dan anak. Apa itu? Fakta menjelaskan, jika yang terjadi karena watak dari sang ayah yang acuh, kaku, serta temperamental.
Dari pernyataan pertama, ayah yang tidak peduli dengan keberadaan anaknya, tidak peduli dengan prestasi yang diraih, dan tidak terlalu memperhatikan aktivitas apa selama satu hari yang dilakukan anaknya. Kedua, pribadi ayah yang terlalu kaku kepada sang anak dapat mengakibatkan ketidakharmonis yang tersirat maupun tersurat untuk hubungan ayah dan anak.
Padahal sebenarnya, figur seorang ayah itu sangat penting dan krusial untuk perkembangan kognitif dan emosional anak. Itulah sebab yang menjadikan tolok ukur yang mendasar bagi keluarga.
f. Bertindak kasar
Apapun tindakannya, bermaksud untuk menyakiti perasaan sang korban, itu awal dari terbetuknya gangguan kesehatan di keluarga. Kasar dalam artian yang menyeluruh, sebagaimana hal ini dilakukan karena timbulnya ketidaksampaian pesan yang disampaikan oleh salah satu anggota keluarga dan akhirnya meledak sejadi-jadinya serta tidak bisa menerima kenyataan hidup dan keputusan yang diambil secara kekeluargaan.
Kalau sudah begitu, apa semestinya yang bisa kita lakukan untuk menghindari hal tersebut didalam kehidupan kita?
Disclaimer. Sebelum membahas topik yang sedang dibicarakan, kita bisa tarik mundur bagaimana permasalahan ini mencuat didalam keluarga.
Pernikahan. Ya, tepat sekali. Dua manusia yang mengikat tali cinta dengan menikah. Ada hal-hal yang sepatutnya dapat dianalisa untuk perkara ini. Bagaimana sejoli tersebut mengidentifikasi karakteristik masing-masing calon mempelai. Apakah hal tersebut hasil dari perjodohan antar keluarga, atau hasil pencarian secara mandiri, bahkan bisa saja karena hasil dari sebuah kecelakaan? ( hamil diluar nikah ).
Menikah merupakan tahap di kehidupan manusia yang berjangka panjang. Tergantung dari manusianya. Aspek-aspek dalam membangun sebuah rumah tangga seharusnya telah mempersiapkannya secara tuntas. Menikah bukan hanya soal cinta, menikah merupakan bagaimana kita memadupadankan pendapat dari dua orang menjadi satu sepemahaman, bagaimana kita dalam mengatasi suatu permasalahan di kehidupan rumah tangga kelak.
Mengidentifikasi calon pasangan secara spesifik sangat diperlukan. Bagaimana keadaan finansialnya, bagaimana keturunannya, bagaimana karakteristiknya, dan lain sebagainya. Itu perlu diamati sejak dini. Karena dengan sembarangan memilih pasangan, akan berdampak besar bagi tumbuh kembang anak kelak.
Lantas, bagaimana kita bisa terhindar dari adanya Toxic Family ini?
- Identifikasi pasangan sejak awal.
Seperti uraian diatas, mengamati dan meneliti alon pasangan itu sangat penting. Apalagi calon tersebut nantinya yang senantiasa bersama kita dengan jangka waktu yang lama. Jangan sampai merusak keseimbangan daya tumbuh kembang anak.
- Terapkan komunikasi yang baik dan searah.
Lagi-lagi komunikasi sangat ditekankan. Mengapa demikian? Karena awal dari kecurigaan yang berlebih didasari dengan buruknya jalinan komunikasi antar keluarga. Untuk itu, sebaiknya benahi dan lakukan komunikasi yang sehat.
Hindari rasa curiga yang berlebihan
Memberi kepercayaan bagi masing-masing anggota keluarga sangat diperlukan. Belum lagi kini sedang viralnya, kasus pembunuhan yang terjadi antar suami istri, ayah dan anak kandung dan lain sebagainya.
- Jika terlanjur marah, usahakan mengucapkan “maaf”
Tidak akan menjadi hina dan rendah apabila manusia mengakui kesalahan. Karena memang pada dasarnya, manusia tempatnya salah dan keliru. Oleh karena itu, saling memaafkan satu sama lain menjadi cara yang efektif untuk mengatasi Toxic Family.
Itulah sedikit ulasan mengenai toxic family yang hari-hari ini sering dijumpai di setiap keluarga. Semoga tulisan ini membawa manfaat untuk pembaca. Tetap semangat, tetap berkarya. Dan ingat, keluarga adalah tonggak utama dalam bingkai kerukunan berbangsa dan bernegara. Satu keluarga yang tercerai berai, akan mengakibatkan kerusakan yang berkelanjutan. Begitupun sebaliknya.
Leave a Reply